Analogi enam tunas tumbuh berkembang terangkai memayungi adalah kosepsi dasar bentuk dan ruang arsitektur untuk citra
dari suatu tempat para anak remaja beraktifitas saat waktu istirahat sekolah di k...
Analogi enam tunas tumbuh berkembang terangkai memayungi adalah kosepsi dasar bentuk dan ruang arsitektur untuk citra
dari suatu tempat para anak remaja beraktifitas saat waktu istirahat sekolah di kantin sebuah sekolah di Kebayoran Baru - Jakarta Selatan,
yang dikenal banyak lulusannya menjadi artis ibukota dan tokoh nasional,
Hijau daun sebagai warna enam tunas yang tumbuh berkembang itu, sangat erat kaitannya dengan citra alam yang asri membangkitkan perasaan kesegaran vitalitas dan kedamaian, yang setting-nya hadir teduh dan menyejukkan sebagai aksesoris di halaman depan sekolah dengan luas yang terbatas, meredam suasana ruang dan aktifitas yang serba padat / crowded
terkesan melelahkan di sekitar gedung-gedung yang ada,
Upaya bagi tempat yang menuntut kondisi hygienes, klaster para penjaja makanan/ minuman dibuat tanpa sekat yang tinggi
untuk menjaga ruang tetap terbuka terkesan luas yang mudah dibersihkan, udara alami tetap mengalir bebas,
dengan makanan disajikan dalam lemari kaca bebas debu, dilengkapi beberapa tempat cuci tangan.
Atas petimbangan fungsi dan efisiensi dalam penataan ruang dan utilitas, ruang penjaja makanan/ minuman disusun berderet linier tertata apik. Nuansa warna pink memberi makna santai dan bahagia serta menumbuhkan semangat bagi semua gender dalam melayani dan dilayani,
Desainnya sangat mempertimbangkan aspek fungsional , kokoh dan efisiensi bagi meja dan kursi makan/minum yang berbentuk
empat persegi panjang, agar dapat menampung sebanyak mungkin siswa duduk santai menyantap makanan/minuman yang dipesannya.
Pilihan warna kuning bermakna positif, gairah serta ceria,
Bahan pipa besi dipilih sebagai material struktur kerangka batang tersusun nampak rapih terasa kokoh dalam mewujudkan ruang dan bentuk. Cepat dalam membangunnya mewujudkan ruang yang terkesan luas dengan kerangka yag terkesan ringan dan ekspresif.
Dipilih warna merah maroon melambangkan energi/ kekokohan/ kekuatan dalam menopang serta menyalurkan beban,
Dinamika estetikanya diciptakan oleh bentuk enam tunas yang tumbuh memayungi,
serta kombinasi warna oleh warna masing-masing elemen yang secara keseluruhan kontras tetapi tidak konflik
Dalam rangka untuk memenuhi hak anak bermain, berekreasi dan berkreasi, melalui SK Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, No.55 tahun 2018 yang kemudian diterbitkan SK Menteri Pemberday...
Dalam rangka untuk memenuhi hak anak bermain, berekreasi dan berkreasi, melalui SK Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, No.55 tahun 2018 yang kemudian diterbitkan SK Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, No.95 tahun 2020, menetapkan Djoko Santoso sebagai anggota Tim Standarisasi dan Anugerah Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA),
Dalam pelaksanaannya sebagai Auditor Nasional, pada awal kegiatan diberi penugasan melakukan pendampingan (advokasi) selaku Auditor Pendamping dalam proses penilaian mandiri (self assessment) yang selanjutnya sebagai Lead Auditor ditugaskan melaksanakan audit lapangan (field audit) Ruang Bermain Anak (RBA) yang berbeda dari RBA yang didampingi.
Pendampingan dan Audit Lapangan dilakukan dengan menggunakan Borang Penilaian Persyaratan Foto dan Keterangan (BPPFK) atas RBA. yang diajukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk dapat terstandarisasi/ mendapatkan penganugerahan sebagai Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA). Adapun yang dimaksud dengan RBRA adalah tempat dan/ atau wadah demi keberlangsungan tumbuh kembang anak secara optimal dan menyeluruh, baik fisik, spiritual, intelektual, sosial, moral, mental, emosional, dan pengembangan bahasa semaksimal mungkin (tanpa merasa tertekan} dengan aman dan nyaman, terlindungi dari kekerasan, dan hal-hal lain yang membahayakan, serta tidak dalam situasi dan kondisi diskriminatif,
Dari capaian audit lapangan atas pemenuhan 13 (tiga belas) persyaratan yang ditetapkan (lihat tabel), dengan peringkat sesuai skor/ nilai yang diperoleh RBA yang diaudit, maka setelah proses review, diusulkan penetapannya kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen.PPPA), untuk diberi Anugerah sebagai RBRA sesuai capaian peringkatnya.
Telah banyak RBA di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Lombok yang didampingi dalam proses peniaian mandiri (self assessment) maupun audit lapangan (field audit). Banyak pengetahuan (hard skill) dan pengalaman berharga (soft skill) serta penguatan jejaring (networking) yang diperoleh dari pelaksanaan tugas sebagai Auditor Nasional tersebut di atas.
Sebagai Dosen Koordinator mata kuliah Perancangan Arsitektur I (semester 1) yang diberi kewenangan aktif untuk mengkoordinir dosen paralel dalam menetapkan metodologi pembelajaran mata kuliah tersebut...
Sebagai Dosen Koordinator mata kuliah Perancangan Arsitektur I (semester 1) yang diberi kewenangan aktif untuk mengkoordinir dosen paralel dalam menetapkan metodologi pembelajaran mata kuliah tersebut. Kegiatan studio yang awalnya menggunakan metodologi pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL), dosen sebagai subyek pembelajaran yaitu proses belajar mengajar yang berpusat pada dosen, yang kurang mendorong mahasiswa untuk kreatif, inovatif dan eksploratif, maka sesuai kebutuhan dipilih metodologi pembelajaran Student Centered Learning (SCL), dimana mahasiswa sebagai subyek pembelajaran, dosen sebagai fasilitator. Tujuannya untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam belajar merancang. Dari metodologi pembelajaran Student Centered Learning (SCL), mahasiswa didorong aktif bereksplorasi, menggali dan memahami pengetahuan/ ilmu serta ketrampilan merancang arstektur untuk memecahkan suatu masalah ruang,
Mahasiswa diberikan tugas dengan topik tertentu yang berkaitan dengan suatu ruang, kemudian mahasiswa dengan inovasinya menggali dan mengkaji, menggubah unsur pembentuk ruang sesuai jenisnya untuk mewujudkan keaneka ragaman sifat/ rasa ruang. Selanjutnya dikembangkan dalam bentuk rancangan ruang berkegiatan tunggal sesuai topik yang diberikan, disajikan dalam bentuk maket studi berskala. Secara proses mahasiswa dengan mandiri terlibat langsung bersentuhan dengan persoalan ruang yang hendak diwujudkan. Keberadaan dosen dalam hal ini adalah sebagai fasilitator,
Pada periode selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan metodologi pembelajaran Problem Based Learning (PBL), pembelajaran berbasis masalah, yang sekaligus mahasiswa dibiasakan memiliki ketrampilan dalam penyelesaian permasalahan arsitektural disamping meningkatkan kemampuan dalam berinisiatif, kreatif, dan inovatif,
Mahasiswa diberi tugas lengkap dengan pemicunya untuk secara mandiri dianalisis masalah arsitekturalnya, dengan dirinya sendiri sebagai pelaku kegiatan pada tempat/ ruang yang dimaksud. Dalam memecahkan masalah mempertimbangkan aspek anthropometri, volume, ruang dan lingkungannya agar fungsinya dapat berjalan dengan baik. Disajikan dalam bentuk gambar secara manual dan maket yang terukur.
Melalui kerjasama dengan pihak dunia usaha dan industri, hasil rancangan arsitekturnya dikonstruksi/ diwujudkan dalam skala 1 : 1 sehingga mahasiswa dapat belajar tentang apakah seluruh hasil rancangan arsitekturnya seperti yang dipikirkan dapat dilaksanakan, ataukah ada modifikasi-modifikasi di bagian tertentu. Keberadaan dosen dalam hal ini adalah sebagai fasilitator.